Friday 7 August 2015

Hallerbos, Halle, Belgium


Adalah hutan konservasi yang juga digunakan untuk jogging, walking, biking, maupun horse riding. Tempatnya di Halle, satu stasiun ke selatan dari Brussel Zuid/Midi. Untuk bisa mencapai Hallerbos, dari stasiun Halle bisa naik bus TEC nomor 114 (hanya senin-jum’at) atau De Lijn 155 atau 156. Khusus De Lijn, mereka tetap beroperasi pada akhir pekan, hanya saja frekuensinya satu jam sekali.
Kemarin, tanggal 12 April 2015, saya dan suami pergi ke Hallerbos. Cuaca hari itu sangat cerah. Matahari bersinar hangat. Kita sampai tidak perlu pakai jaket selama perjalanan. Begitu sampai di stasiun Halle, kami bingung karena tidak menemukan bagian informasi. Lalu bis De Lijn nomor 155 datang, kami bertanay pada supir dan dipersilahkan naik bisnya. Sekitar 15 menit naik bus kami diturunkan di Parking 1 Hallerbos. Dari situ, kami jalan kaki kira-kira 15 menit sampai di pintu masuk Hallerbos. Di sana hanya ada papan petunjuk berupa peta hutan. Kami memutuskan untuk berjalan kaki ke arah pintu masuk yang kedua (dimana seharusnya bus De Lijn 156 berhenti, jadi kita bisa sekalian pulang nanti naik bus 156) sambil melewati hutan.

Hutan Hallerbos sangat terawat. Tanamannya rapih. Belum semua bunga bermekaran, tapi sudah lumayan. Cuaca yang cerah dan udara yang segar sudah sangat membuat saya bersyukur. Apalagi ditemani suami ngobrol ngalur ngidul gak jelas dan gak berhenti. Bunga yang paling banyak mekar barulah si putih Bosanemoon. Si biru Hyacint yang dibanggakan akan memberikan nuansa hutan-berkarpet-biru-yang-mistis-disaat-kabut belum banyak mekar. Tapi kami sangat menikmati perjalanan itu karena kami jadi banyak bercerita dan tentu saja berjalan.
Baru bunga yang putih yang banyak mekar


Lumayan karpet putih hijaunya

Bunga birunya baru sedikit sekali. Belum terlihat seperti karpet biru.

Selama perjalanan kami mendengar orang yang mengambil sedikit daun dan berkata rasanya seperti bawang putih. Kami pun penasaran. Kami ikut-ikutan mengambil daun tersebut, menciumnya dan merasakannya. Dan ternyata benar! (dengan  nada sangat antusias dan sedikit norak yo ben).
Bentuk daunnya mirip seperti daun kencur, Cuma ini lebih langsing sedang daun kencur yang biasa buat lalap lebih lebar. Tidak hanya baunya yang seperti bawang putih, tapi rasanya juga persis seperti bawang putih dengan getir pedas yang khas. Imajinasi saya langsung melayang ke dapur, ini daun enak kali ya ditaburin untuk indomie rebus dan dimakan pas mau flu. Atau diiris tipis-tipis dan dibikin telur dadar. Buat taburan soto juga enak kayaknya. Aih.. saya jadi pengen manen dan bereksperimen menjadikannya masakan di dapur. Sayangnya gak boleh panen di hutan itu :(. Ya sudah, kami melanjutkan perjalanan.
Daun yang seperti bawang putih aromanya


Sepertinya mereka telah mengatur beberapa tempat yang akan ditumbuhi satu jenis bunga. Jadi tidak bercampur satu bunga dengan yang lain sehingga ketika akan mekar nanti akan terlihat seperti karpet bunga yang indah.

Sampai di papan informasi yang kedua dekat dengan pintu masuk yang kedua, ada penjual es krim. Tidak ada orang yang berjualan lagi disekitar situ. Tapi kami sudah membawa bekal sendiri. Sehingga kami tak tertarik untuk jajan es krim. Kami pun mencari tempat dan menikmati roti keju kami. Setelah itu, kami lanjutkan perjalanan ke arah luar hutan. Beberapa meter dari papan pengumuman, ada rumah informasi. Di dalamnya ada toilet (YEAY!! Akhirnya!), pameran flora dan fauna yang ada di hutan itu, kartu pos dan pembatas buku gratis, dan seorang kakek tua yang bersedia memberikan informasi maupun peta hutan tersebut. Jadi pintu kedua kami ini sebenarnya adalah pintu utama hutan ini. Sekitar duaratus meter dari rumah informasi tadi , belok kanan, akan ada halte bus kata kakek tua itu. Ah, senangnya. Benar, kami menemukan halte bus, tapi itu halte bus TEC yang tidak beroperasi pada akhir pekan. Akhirnya kami berjalan kaki ke arah Halle sambil berharap bisa menemukan halte bus De Lijn  nomor 156. Satu dua halte TEC kami lewati, tapi tidak juga menemukan halte De Lijn. Kami mencoba meminta nunutan (hitchhike) mobil, namun tidak ada yang mau berhenti. Kami terus berjalan kaki. Lima, enam halte TEC kami lewati, tidak juga ketemu halte De Lijn. Akhirnya setelah satu jam berjalan kaki dari hutan. Kami ketemu halte bus De Lijn nomor 155 yang tadi pagi kami naiki. Sebelum sampai di Halte de Lijn, kami bertanya pada orang di pinggir jalan yang kami temui, dia bilang masih sekitar 3-4 km lagi untuk mencapai ke Stasiun Halle. Kami tetap merasa beruntung karena setidaknya kami bisa menemukan Halte De Lijn dan tidak perlu berjalan kaki sampai stasiun. Selain itu kami sampai di halte tersebut 5 menit sebelum bis datang, jadi bisa dibilang tepat waktu. Tak terbayang kalau kami datang 5 menit setelah bis lewat dan harus menunggu satu jam lagi untuk bis berikutnya.

Tiba kembali di stasiun Halle tuh rasanya cuapek banget. Kami langsung menuju Brussel Zuid untuk beristirahat, menunggu waktu dan mengambil koper yang saya titip di sana. Cuapeknya luar biasa. Tidak dapat ”karpet biru” memang, tapi yang paling penting adalah pengalaman baru!
Selamat menikmati Hallerbos!

Saran, jika Anda berencana datang pada akhir pekan, lebih baik bawa kendaraan sendiri dan bawalah bekal makanan dan minuman sendiri.

Fisik ini lelah, tapi hati ini selalu gembira berada disamping yang tercinta setia mendengarkan apapun yang dalam hampir 3 jam perjalanan kaki, mulut perempuan ini hampir tak berhenti bicara. Terimakasih suamiku tersayang.